Sabtu, 22 April 2017

NEGATIVE THINGKING

NEGATIVE THINGKING

Allah swt berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman tinggalkan praduga, karena sebagian praduga itu dosa." (QS. Al-Hujurat 12)

Sudah menjadi adat dan kebiasan bangsa arab, orang miskin bergabung dengan orang kaya ketika mereka bermusafir. Yang kaya menanggung tranportasi orang miskin. Orang miskin melayani orang kaya. Demikian juga Salman Al-Farisi.

Pada suatu perjalanan, Salman diserang kantuk berat. Lalu Ia mencari tempat untuk tidur. Tidak lama kemudian, datang dua orang laki-laki. Keduanya menanyai makanan.

Salman menjawab: Tidak ada. Karena ngantuk berat tadi, aku tidur, Sebelum sempat mempersiapkan makanan untuk kalian.

Lalu, Keduanya menyuruh salman untuk meminta makan kepada Nabi saw yang juga ikut bermusafir. Nabi saw ditemani oleh Usamah, cucu angkat yang sangat disayang Nabi saw. Usamah bertugas membawa perbekalan dan makanan Nabi saw.

Sampai di sana, Nabi saw menyuruh Salman untuk memintanya kepada Usamah. Nabi bersabda: "Katakan kepada Usamah, jika masih ada makanan dan lauk pauk, maka hendak ia memberikannya kepadamu."

Pulang dengan tangan hampa membuat kecewa dua orang laki-laki tsb. Keduanya berpikir yang jelek-jelek kepada Usamah. Salah satu keduanya berkata: Usamah itu pelit. Tidak mau memberi makanan kepada kita. Padahal ia memilikinya.

Salman juga tidak luput dari persepsi negatif keduanya. Dan salah satunya berkata: Seandainya kita mengutus salman untuk mengambil air pada sumur yang berlimpah, maka mata airnya pun berhenti.

Kemudian turun ayat di atas. (Tafsir Khazin)

Memberi penilaian terhadap sesuatu yang terjadi adalah wajar. Manusiawi. Tapi terkadang penilaian tsb salah.Tidak sebagaimana yang dipikirkan. Ini yang dikhawatirkan.

Ketika melihat orang ke mesjid, spontan terlintas dalam pikiran bahwa orang tsb hendak melakukan shalat jama'ah, berusaha menggapai pahala lebih besar dan mengamalkan sunnah. Berfikir seperti ini baik. Dengan demikian, kita akan menghargai dan bersikap baik dengannya. Reaksi atau sikap bermula dari pikiran. Berfikir baik kepada seseorang akan melahirkan perlakuan yang baik kepada org tsb.

Nah, jika sebaliknya, berfikir, mengira dan menganggap orang tsb pamer, riya, dan anggapan buruk lainnya, maka ini tidak baik. Krn dapat melahirkan sikap buruk terhadap orang tersebut. Apalagi sampai asumsi tsb dideskripsikan dengan kata-kata dan disampaikan kepada orang lain. Sehingga kebencian terhadap orang tsb merebak dan menyebar kemana-mana. Ini sangat bahaya.

Menurut Sufyan Ats-tsauri, positive thingking itu ada dua macam.
1. asumsi negatif yang diungkapkan. Ini berdosa.
2. Asumsi negatif yang dikubur dalam-dalam, alias tidak diungkapkan. Ini tidak berdosa. Tapi ini juga tidak baik. (Tafsir Khazin)

Kami memiliki seorang guru yang mengalami hal yang pahit. Mengajar dan menabur kebaikan tp menerima balasan buruk. Air susu dibalas air tuba. Hanya karena asumsi negatif. Kerap menundukkan pandangan ketika berjalan, Sebagian murid berasumsi bahwa ia sombong. Padahal maksudnya baik. Hanya berusaha menjaga pandangan supaya tidak seliar singa yg sedang kelaparan. Yang lebih memiriskan, asumsi tsb dijadikan bahan obrolan. Yang tadinya asumsi berubah menjadi SEPERTI FAKTA yang diyakini kebenarannya. Yang tadinya merasuk pikiran beberapa orang, kemudian menghujam pikiran banyak orang.

Sangat bahayakah negative thinking?

Iya, sangat, sangat bahaya. paling kurang, ada dua dampak buruknya:

1. Pikiran jelek terhadap seseorang tsb melahirkan pikiran negatif lainnya. Jika seseorang sudah kita anggap buruk, maka apa saja yang ia kerjakan akan terlihat buruk di mata kita.

Seperti kasus di atas, apa saja yg guru tsb kerjakan akan dianggap jelek. Mengajar dengan suara lantang dianggap sombong. Diamnya dianggap sombong. Memberikan ide dianggap sombong. Pertanyaannya pada perlombaan dianggap sombong. Semua gaya dan gerak-geriknya dianggap suatu kesombongan.

2. Pikiran buruk melahirkan sikap buruk. sebagaimana yang telah dijelaskan, Reaksi atau sikap berawal dari pikiran. Seorang murid akan bersikap buruk terhadap gurunya, jika ia berfikiran buruk terhadapnya. Murid tsb tidak lagi menghormati gurunya. Hilang adab, Cuek, Dan bersikap kasar kepada gurunya.

Nah, coba bayangkan, jika asumsi buruk tsb diungkapkan dan disampaikan kepada orang lain. Dua hal tersebut akan menjalar dan menimpa banyak orang. Dan bagaimana nasib orang yg diasumsikan buruk tsb?

Berakhlak baik berawal dari pikiran. Maka coba dan belajarlah untuk berfikiran positif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar