Sabtu, 22 April 2017

KETA'ZHIMAN TERHADAP GURU

KETA'ZHIMAN

لو لا مربي لا عرفت ربي

"Jika tidak ada MURABBI (guru), maka aku tidak akan mengenal rabbi(tuhan)."

Maqalah ini dinukilkan oleh salah seorang teman saat kami sharing ttg pendidikan agama. teman yg satu ini menurut kami unik. Unik krn besarnya keta'zhimannya terhadap guru, ketika org-org yg sudah "hebat" meremehkan peran guru alif ba.

Salah satu bentuk keta'zhimannya, ia menghadiahkan gurunya beberapa kitab besar yg terbilang mahal. Diantaranya kitab MAJMUK SYARAH MUHAZZAB dan FATHUL BARI SYARAH SHAHIH BUKHARI. Hadiah itu diberikan kepada guru yg mengajarkan kitab Awamil, kitab paling dasa dalam ilmu nahwu.

Ketika saya menanyakan alasannya, ia menjawab: "jika bukan krn jasanya mengajarkan dasar ilmu nahwu, bisa dipastikan saya tidak bisa seperti skrg (bisa membaca kitab-kitab besar)."

Fenomenal!!! Bagi saya ketakzhiman semacam ini hal yg luar biasa.

Pada waktu yg lain, saya mendapatkan sebagian santri yg mengkomplain gurunya. Walaupun kritikan tersebut kontruktif dan positif  menurutnya.

Kritikan yg disampaikan lebih kepada pengamalan guru terhadap ilmu yg dimiliki. "Guru skrg menjelaskan ini dan itu, menyampaikan surah-surah dengan jelas, tp beliau tdk mengamalkannya," begitu diantara kritikan santri tsb.

Menanggapinya, ada sebuah logika faktual yg perlu disampaikan.

Dosen atau pakar pertanian memberi penyuluhan kepada petani. Apakah krn pakar tsb tidak pernah turun ke sawah, lantas arahan dan intruksi mereka diabaikan???

Dosen kedokteran memberi pembelajaran kepada mahasiswanya dan menjelaskan obat yg sesuai dgn penyakit yg diderita. Apakah krn dosen tsb tidak pernah membuka praktek, lantas materi dan kajiannya ditolak???

Mourinho adalah pelatih sepakbola dunia yg sudah memenangkan banyak gelar dengan klub yg dilatihnya. Bahkan klub seperti FC Porto mampu meraih gelar champion dibawah asuhannya. Pelatih yg super hebat. Tp saat bermain, ia bukan pemain yg hebat. Jika pemain yg dilatihnya berpikiran sama dgn santri tsb, sdh dapat dipastikan ia tidak akan sukses meraih byk gelar.

Sering guru-guru kami menjelaskan: DARI ULAMA AMBIL ILMUNYA. DARI ORANG SHALIH TIRU IBADAHNYA. DARI WALIYULLAH MINTA DOA DAN AMBIL BERKAHNYA.

Nasehat tsb terus diulang-ulang, supaya terpatri kuat dalam sanubari, sehingga kelak bisa meraih kesuksesan dalam belajar.

Dulu saya memiliki teman yg super kolot. Pemikirannya seperti katak di bawah tempurung. Ia selalu mengkomplain guru-guru di dayah. Pernah ia mengatakan kpd temannya mau pindah dayah. Alasannya krn gurunya asik main raket waktu sore.

Beberapa tahun kemudian terdengar kabar ia tertangkap mesum di wc sebuah mesjid. Guru main raket tdk boleh. Klw ia mesum boleh.

Imam Nawawi, Ulama besar asal suriah dan seorang mujtahid tarjih dalam mazhab syafi'i, senantiasa berdoa kpd Allah utk menutup aib gurunya dan memperlihatkan kebaikan dari gunya. Begitu lah doa ulama besar dahulu, supaya mampu mewujudkan keta'zhiman yg sempurna kepada gurunya.

Tidak ada orang yg sempurna. Maka dari itu, ambil yg baik dan tinggalkan yg buruk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar