Sabtu, 22 April 2017

Keajaiban menjelang wafatnya Imam Syafi'i

Keajaiban menjelang wafatnya Imam Syafi'i

Imam syafi'i tidak hanya diakui kealimannya dikalangan fuqaha'. Para Auliya atau Waliyullah banyak yang menganut mazhab Syafi'i.

SEBAGIAN WALIYULLAH PERNAH BERMIMPI BERDIALOG DENGAN TUHAN. MEREKA BERTANYA KEPADA ALLAH SWT: DARI SEKIAN BANYAK MAZHAB, MAZHAB APA YANG HARUS KAMI IKUTI?

ALLAH SWT MENJAWAB: MAZHAB SYAFI'I.

Lebih detailnya, silahkan rujuk dalam kitab HASYIAH SYARWANI.

Hanya orang sok pinter saja yang benci dengan mazhab beliau. ABG zaman sekarang saja yang tidak menghargai kealiman beliau. Bisa dikatakan, mulai Ibnu Taimiyah dan generesi setelahnya yang telah terpengaruh pemikiran sang BAPAK PROKLAMATOR (Ibnu Taimiyah).

Pernah saya membaca beberapa artikel yang isinya kritikan yang tidak beretika terhadap pendapat Imam Syafi'i. Mereka berani menyalahkan pendapat Imam Syafi'i. Mereka mengatakan pendapat Imam Syafi'i tidak ada dalilnya. Pendapat Imam Syafi'i kontradiksi dengan hadis.

Apa yang menyebabkan mereka berani demikian? Apakah mereka menganggap lebih 'alim dari Imam Syafi'i? Apakah mereka lebih memahami Al-Quran dan Hadis daripada Imam Syafi'i?

Hanya bermodalkan satu-dua hadis yang mereka hafal, lantas mereka berani mengkritik dan mengoreksi pendapat Imam Syafi'i. Ibnu Hajar Al-'Asqalani yang menghafal lebih dari 100.000 ribu hadis saja masih mengikuti mazhab Syafi'i.

Jika kembali jauh ke belakang, Imam Bukhari saja masih mengikuti mazhab Syafi'i, padahal beliau telah menghafal lebih dari 800.000 hadis dan pengarang kitab kumpulan hadis shahih yang menjadi rujukan hukum setelah Al-Quran.

Makanya, Ulama sangat berhati-hati dalam menyikapi dua atau lebih dari pendapat Imam Syafi'i. Dalam mentarjih, menilai mana yang kuat diantara pendapat-pendapat Imam Syafi'i, para Ulama seperti Imam Nawawi memiliki metode khusus

Imam Ahmad Qulyubi menjelaskan secara rinci metode tersebut dalam kitabnya. Ada 6 metode yang menjadi rujukan ulama dalam menilai kuat atau lemah beberapa pendapat Imam Syafi'i.

1. Keterangan yang tegas dari Imam Syafi'i. Imam Syafi'i terkadang menilai sendiri mana yang kuat dari dua pendapatnya. Nah, yang kuat menurut Imam Syafi'i dijadikan sebagai pijakan utk mentarjih pendapat tsb.

2. Jika tidak ada keterangan yang tegas dari Imam Syafi'i, maka mereka akan mencari tahu mana diantara dua pendapat tsb yang difatwakan terlebih dahulu oleh Imam Syafi'i. Setelahnya, mereka akan menguatkan pendapat Yang dikeluarkan terakhir oleh Imam Syafi'i.

3. Jika cara yang kedua tidak bisa, maka mereka akan mencari keterangan lebih lanjut dari dua pendapat tsb. Apabila mereka menemukan permasalahan lain yang dijabarkan (tafri') oleh Imam Syafi'i diatas salah satu pendapatnya, maka pendapat tsb yang ditarjih oleh mereka.

4. Terkadang Imam Syafi'i menjelaskan fasid salah satu pendapatnya. Nah, Ini dijadikan sebagai alasan oleh ulama untuk mentarjih pendapat yang satunya lagi.

5. Metode selanjutnya adalah melihat, mana pendapat yang dibahas khusus oleh Imam Syafi'i. Maka pendapat tersebut yang ditarjih.

6. Metode yang terakhir adalah mencocokkan dua pendapat tsb dengan pendapat mujtahid yang lain. Nah, pendapat yang sesuai dengan mazhab lain tsb dikuatkan oleh ulama.

Para ulama tidak pernah mempertimbangkan pendapat Imam Syafi'i dengan Hadis yang mereka hafal. Mereka tahu diri dan mereka meyakini bahwa pengetahuan Imam Syafi'i dalam bidang hadis lebih hebat daripada pengetahuan mereka. Dan mereka menginsafi bahwa ketekunan dan kejelian Imam Syafi'i dalam membahas satu masalah sangat besar. Apakah ada ulama yang membaca Al-Quran khatam sebanyak 300 kali hanya utk menjawab satu pertanyaan?

Mungkin hanya Imam Syafi'i yang melakukan demikian.

Guru saya mengatakan: IMAM AHMAD BIN HAMBAL, JIKA TIDAK MENEMUKAN KETERANGAN DALAM AL-QURAN DAN HADIS, MAKA BELIAU MENJADIKAN PENDAPAT IMAM SYAFI'I SEBAGAI RUJUKAN.

Maka sungguh sangat tidak etis, jika ada orang sekarang, bermodalkan ijazah S3, berani mengatakan pendapat Imam Syafi'i tidak sesuai dengan hadis.

Ibnu Taimiyah pernah melakukan hal tsb terhadap salah satu Qaidah yang dirumus oleh Imam Syafi'i.

LAFAZH MUSYTARAK DIHAMALKAN DIATAS SEMUA MAKNANYA. Demikian konsep untuk memahami Al-Quran dan Hadis yang dicetuskan oleh Imam Syafi'i.

Ibnu Taimiyah berkomentar: IMAM SYAFI'I TIDAK MEMILIKI DALIL YANG JELAS (DALAM MENCETUSKAN QAIDAH TSB).

Ibnu Hajar Al-Haitami meresponnya dengan sangat baik. Beliau mengemukakan dalil yang sangat jelas sebagai landasan terhadap rumusan tsb.

Apakah Ibnu Taimiyah pantas bersikap demikian?

Kami tidak tahu. Tp satu hal yang pasti, KALIAN TIDAK PANTAS MENGIKUTI IBNU TAIMIYAH DALAM MENGKRITIS PENDAPAT IMAM SYAFI'I.

Mungkin pembahasannya sudah melenceng jauh dari judul. Tulisannya ngalur ngidul kemana-mana. Kembali lagi ke tema. Apa keajaiban yang terjadi menjelang wafatnya Imam Syafi'i.

IMAM RABI'AL-MURADI, SALAH SEORANG MURID IMAM SYAFI'I, BERMIMPI MENJELANG WAFAT GURUNYA. BELIAU BERMIMPI NABI ADAM ALAIHISSALAM WAFAT.

PAGINYA, IMAM RABI' MENJUMPAI ULAMA DI ZAMANNYA UNTUK MENANYAKAN PERIHAL MIMPINYA. SEORANG ULAMA BERKATA: INI MERUPAKAN PERTANDA AKAN WAFATNYA MANUSIA YANG SANGAT ALIM DI JAGAD  RAYA. KARENA ALLAH SWT TELAH MENGAJARI NABI ADAM SELURUH AL-ASMA'. TIDAK LAMA BERSELANG WAFATLAH IMAM SYAFI. Demikian cerita Imam Rabi' Muradi, sebagaimana tertuang dalam kitab Hasyiah Syarwani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar