Sabtu, 22 April 2017

Banyak beristighfar, Nabi saw berdosa???

Banyak beristighfar, Nabi saw berdosa???

Dalam sebuah hadis dijelaskan, Nabi saw beristighfar dalam sehari lebih 70 kali. Sebagaimana dalam riwayat Imam Bukhari.

Hadis yang ke 5832:

ٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً رواه البخاري

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Allah, sesungguhnya aku beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam satu hari lebih dari tujuh puluh kali." ( HR. Bukhari)

Dalam riwayat yang lain, sampai 100 kali. Sebagaimana riwayat Imam Tirmizi.

Hadis yang ke 3182:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ  فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِي الْيَوْمِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ رواه الترمذي وقَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu: "Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan." (QS. Muhammad 19) Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Sesungguhnya aku meminta ampun kepada Allah dalam sehari sebanyak seratus kali." (HR. Tirmizi). Tirmizi berkata: Hadits ini hasan shahih.

Walaupun kedua riwayat tsb berbeda,  namun bisa dijama' (dikompromikan) dan pun intinya satu, yakni Rasulullah saw beristighfar, bertaubat dan meminta ampun kepada Allah swt banyak sekali, lebih 70 atau 100 kali.

Apakah hal ini mengindikasikan Rasulullah memiliki dosa?

Jawabannya tentu saja tidak. Nabi Muhammad saw dan juga Nabi-Nabi yg lain mak'sum, tidak memiliki dosa, walaupun hanya sebesar debu. Nah, timbul pertanyaan selanjutnya, kalau demikian, apa tujuan Rasul saw beristighfar?

Oleh ulama memberikan beberapa jawaban, sebagaimana dalam kitab Fathul Bari, Karangan Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Salah seorang ulama hadis terkemuka, yang menghafala 100 ribu hadis lebih,  dan beliau bermazhab Syafi'i.

1. Sebagai pengakuan terhadap kelalaianya. Di sini beda, hamba yang benar-benar shalih. Walaupun sudah melakukan amal dan ibadah yang super banyak, namun mereka masih menyadari bahwa apa yg mereka lakukan belum memenuhi standar kewajiban seorang hamba kepada tuhannya.

ومنها قول ابن بطال : الأنبياء أشد الناس اجتهادا في العبادة لما أعطاهم الله  تعالى من المعرفة فهم دائبون في شكره معترفون له بالتقصير  انتهى ومحصل جوابه أن الاستغفار من التقصير في أداء الحق الذي يجب لله تعالى

2. Sebagai TASYRI' bagi umatnya. Sebagaimana dimaklumi, salah satu tugas Nabi saw adalah mengajarkan syari'at kepada umatnya, dengan perkataan atau perbuatan. Dan Istighfar adalah salah satu syari'at yang beliau ajarkan melalui suri teladan.

3. Sebagai syafa'at dan tebusan bagi dosa umatnya.

ومنها أن استغفاره تشريع لأمته أو من ذنوب الأمة فهو كالشفاعة لهم

4. Sebagai tebusan bagi derajat mereka yang sebelumnya lebih rendah. Karena martabat dan keimanan Rasulullah saw terus meningkat dari waktu ke waktu. Nah, saat beliau melihat kepada kedudukan beliau sebelumnya yang lebih rendah di sisi Allah swt dengan kedudukan beliau yg sekarang, maka beliau minta ampun kepada Allah swt.

وقال الغزالي في الإحياء كان صلى الله عليه وسلم دائم الترقي فإذا ارتقى إلى حال رأى ما قبلها دونها فاستغفر من الحالة السابقة

Tidak ada komentar:

Posting Komentar