Sabtu, 22 April 2017

Kenduri Maulid dalam perspektif Al-Quran,  Bolehkah?

Kenduri Maulid dalam perspektif Al-Quran,  Bolehkah?

Setelah masuk grup membedah bidah dan membaca salah satu artikel di dalamnya, saya merasa heran, di zaman serba ada seperti sekarang, masih juga ada org yg memperdebatkan hukum kenduri maulid. padahal hukumnya sdh sangat jelas, yaitu sunnah. Sayangnya ada sebagian org yg mengaku dirinya pengamal sunnah tp terlalu extreme dalam menyikapi kenduri mauid, bahkan menyamakannya dgn natal. naudzubillah.

Nah, tulisan ini bermaksud utk memberi dalil dari sekian byk dalil yg ada. smg bisa menyadarkan mereka, sehingga tidak terlalu "KOLOT" dan bersikap seperti "KATAK DI BAWAH TEMPURUNG" dalam menyikapi kenduri maulid.

Di dalam Al-Quran, Allah swt berfirman yg artinya: “Tidak kami mengutus kamu melainkan sbg rahmat bagi semesta alam.” (al-anbiya 107)

Dalam kitab tafsir shawi dijelaskan, rahmat  ini dirasakan jg oleh orang kafir, dlm bentuk penangguhan azab dari Allah swt (shawi-3-110).

Coba lihat umat-umat terdahulu, apabila  mengingkari Nabi, mk langsung diazab dan dilenyapkan oleh Allah dr permukaan dunia.

Umat nabi Nuh as diazab dgn banjir besar. Kaum nabi Hud as diazab dgn angin topan. Kaum tsamud, umat nabi Shalih as, diazab dgn guntur dan petir. Umat nabi Luth as diazab dgn gempa bumi. Mereka diazab sampai binasa dan lenyap  krn mengingkari nabi mereka. Apakah di zaman Nabi saw ada azab yg dahsyat kepada kuffar mekkah? Apa yg tidak mereka lakukan terhadap Nabi saw. Mengejek? Pengingkaran? Bahkan lebih parah dr itu. Pernah abu sufyan menaruh kotoran unta di pundak Nabi saw yg sedang rukuk.

Melempar Nabi saw dgn batu.  pernah jg Nabi saw dikeroyok oleh kaum musyrik mekkah kemudian datang Abubakar utk melindunginya. Jika dibuat perbandingan, maka pengingkaran dan penghinaan kaum jahiliyyah yg diarsisteki oleh Abu lahab kepada Nabi saw  lebih besar dan dahsyat drpd yg dilakukan umat2 terdahulu kepada nabi mereka. Nah, hitungan matematis yg tepat,  azab yg ditimpakan kepada mereka harusnya lebih  dahsyat lagi. Banjir, gempa bumi, angin topan, guntur dan petir dikemas dalam satu paket, kemudian ditimpakan kepada kaum musyrik Mekkah. Inilah  yg pantas diterima mereka, jika menelusuri pembangkangan yg mereka lakukan.

Nabi saw menghadapinya dgn sabar, bahkan berdoa dan meminta kepada Allah, supaya ditangguhkan azab kepada mereka kelak di hari kiamat.

Lahirnya Nabi saw adalah rahmat bagi semesta alam. Tidak hanya bagi manusia,  jg bagi bangsa jin, tumbuhan, hewan2, bagi  semuanya, Lat batat kaye bate.

Rahmat dan nikmat dr Allah swt wajib disyukuri. caranya?
Salah satu caranya adalah tahaddus. Sebagaiman firman Allah swt yg artinya: “dan terhadap nikmat tuhanmu hendaklah kamu bertahaddus.” (Ad-Dhuha 11)

Syekh ‘Ali  Shabuni  menjelaskan, arti  tahaddus ialah memberitahu org lain akan nikmat yg diperoleh(shafwatut-tafasir-3-554)
Memberitahu nikmat kepada org lain adalah bentuk syukur kepada Allah swt. Bisa dengan memberitahu dgn lisan, sms atau mengadakan kenduri syukuran.

Ini bertujuan untuk berbagi  dgn sesama dan tidak lupa terhadap nikmat tsb.

Alhamdulillah, tahaddus ini sdh menjadi budaya masyarakat Aceh khususnya dan Indonesia umumnya. Mulai dr kalangan bawah sampai menengah ke atas. menang tender proyek bikin kenduri, undang tetangga sebelah rumah, tahaddus. Menang pemilu bikin kenduri, tahaddus. Setelah wisuda, Lulus menjadi sarjana, mentraktir teman2 makan, tahaddus. Mendapat beasiswa utk melanjutkan pendidikan ke luar negeri, sebelum berangkat bikin kenduri syukuran, tahaddus.

Begitu juga dgn peringatan Nuzulul Quran setiap tahunnya, yaitu pada malam 17 Ramadhan, adalah bentuk implementasi tahaddus yg diperintahkan ayat di atas. krn Al-Quran adalah rahmat bagi kaum beriman, sebagaimana firman Allah swt dalam surat yunus ayat 58.

Syekh ‘alauddin ‘Ali menukilkan sebuah hadis yg diriwayatkan oleh Tirmidzi: “barangsiapa yg menyembunyikan nikmat sungguh ia sdh kufur.”(Khazin-4-261)

Nah, dari penjelasan diatas, jelas bahwa membuat kenduri maulid hukumnya boleh, bahkan dianjurkan, sebagai bentuk tahaddus terhadap nikmat dan rahmat terbesar bagi alam semesta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar